Sabtu, 18 Juni 2011

Ciri-ciri Pembelajaran Aktif di Kelas

Pembelajaran aktif atau active learning adalah segala bentuk pembelajaran yang memungkinkan siswa berperan secara aktif dalam proses pembelajaran. Sangat menyenangkan jika di dalam kelas terjadi aktifitas belajar mengajar yang aktif antara guru dengan murid, sehingga suasana kelas menjadi "hidup". Hal seperti ini diyakini sebagai sebuah konsep pembelajaran yang memberikan harapan bagi tercapainya mutu pembelajaran.

Berpegang  pada gagasan yang disampaikan oleh  Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas (2010), berikut ini disajikan sejumlah ciri-ciri atau indikator terjadinya pembelajaran aktif pada setting kelas:
  1. Kegiatan belajar suatu kompetensi dikaitkan dengan kompetensi lain pada suatu mata pelajaran atau mata pelajaran lain.
  2. Kegiatan belajar menarik minat peserta didik.
  3. Kegiatan belajar terasa menggairahkan peserta didik.
  4. Semua peserta didik terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar.
  5. Mendorong peserta didik berpikir secara aktif dan kreatif.
  6. Saling menghargai pendapat dan hasil kerja (karya) teman.
  7. Mendorong rasa ingin tahu peserta didik untuk bertanya.
  8. Mendorong peserta didik melakukan eksplorasi (penjelajahan).
  9. Mendorong peserta didik mengekspresi gagasan dan perasaan secara lisan, tertulis, dalam bentuk gambar, produk 3 dimensi, gerak, tarian, dan / atau permainan.
  10. Mendorong peserta didik agar tidak takut berbuat kesalahan.
  11. Menciptakan suasana senang dalam melakukan kegiatan belajar.
  12. Mendorong peserta didik melakukan variasi kegiatan individual (mandiri), pasangan, kelompok, dan / atau seluruh kelas.
  13. Mendorong peserta didik bekerja sama guna mengembangkan keterampilan sosial.
  14. Kegiatan belajar banyak melibatkan berbagai indera.
  15. Menggunakan alat, bahan, atau sarana bila dituntut oleh kegiatan belajar.
  16. Melibatkan kegiatan melakukan, seperti melakukan observasi, percobaan, penyelidikan, permainan peran, permainan (game).
  17. Mendorong peserta didik melalui penghargaan, pujian, pemberian semangat.
  18. Hasil kerja (karya) peserta didik dipajangkan.
  19. Menerapkan teknik bertanya guna mendorong peserta didik berpikir dan melakukan kegiatan.
  20. Mendorong peserta didik mencari informasi, data, dan mencari jawaban atas pertanyaan.
  21. Mendorong peserta didik menemukan sendiri.
  22. Peserta didik pada umumnya berani bertanya secara kritis.
Untuk memulai hal-hal diatas bukanlah hal  yang mudah, apalagi buat yang sudah terbiasa dengan metode pembelajaran pasif. Oleh karena itu, mulailah mencoba memenuhi dan mempraktikannya di kelas, mulai dari  hal yang paling mungkin untuk dilaksanakan.

Sumber : Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas. 2010.  Panduan Pengembangan Pendekatan Belajar Aktif; Buku I Bahan Pelatihan  Penguatan Metodologi Pembelajaran Berdasarkan Nilai-Nilai Budaya dan Karakter Bangsa. Jakarta.
Baca Selengkapnya … Ciri-ciri Pembelajaran Aktif di Kelas

Permendiknas No. 11 Tahun 2011 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan

Pelaksanaan Sertifikasi Guru merupakan salah satu wujud implementasi dari Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Tahun 2011 merupakan tahun kelima pelaksanaan sertifikasi guru yang telah dilaksanakan sejak tahun 2007. 

Mengacu pada pelaksanaan sertifikasi tahun-tahun sebelumnya, perbaikan dalam penyelenggaraan sertifikasi guru terus dilakukan agar dapat dipertanggungjawabkan dan memberikan manfaat yang besar terhadap peningkatan proses pembelajaran.

Oleh karena itulah, terhitung tanggal 10 Maret 2011 yang lalu pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional telah menerbitkan peraturan baru yang dituangkan  dalam PERMENDIKNAS No. 11 Tahun 2011 tentang  Sertifikasi Guru dalam Jabatan. Peraturan ini  pada dasarnya penyesuaian dan penyempurnaan peraturan sebelumnya  yaitu PERMENDIKNAS Nomor 11 Tahun 2008.

Untuk Info selengkapnya tentang PERMENDIKNAS No. 11 Tahun 2011 tentang Sertifikasi  Guru dalam Jabatan  dapat didownload disini


Sumber
Baca Selengkapnya … Permendiknas No. 11 Tahun 2011 tentang Sertifikasi Guru dalam Jabatan

Rabu, 15 Juni 2011

Tentang Mencontek Massal

Siami dan putranya, Alif, terusir dari kampungnya gara-gara membongkar kasus mencontek massal di SDN Gadel II/577 Tandes, Surabaya. Mencontek massal ini juga dilaporkan terjadi di SDN 06 Petang, Pesanggrahan, Jakarta Selatan. Ujian Nasional (UN) dinilai mencekam sehingga memicu siswa mencontek massal.

"Ini adalah salah satu dampak UN yang mencekam dan mengkhawatirkan karena ada target tentang kelulusan," kata Ketua Komnas Anak, Arist Merdeka Sirait, dalam perbincangan dengan detikcom, Rabu (15/6/2011).

UN menjadi mencekam karena ada target yang harus dicapai. Target yang penting lulus itu lantas meminggirkan moralitas, disadari atau tidak. UN yang demikian, menurut Arist, mendidik anak menjadi tidak jujur dan plagiator.

"Padahal lingkungan sekolah itu bukan hanya mendidik intelektualitas tapi juga moralitas," sambung pria berkecamata ini.

Arist berpendapat, ketimbang menggelar UN, sebaiknya yang dilakukan adalah melakukan evaluasi tahap akhir. Evaluasi ini untuk menguji apakah siswa mampu bersaing atau tidak di masa mendatang dan untuk melihat karakter siswa.

"Ini bukan game tapi evaluasi. Kalau siswa tidak pernah siap karena tidak suka dengan pelajaran yang harus dihadapi dalam UN yang saya sebut game, bagaimana mereka bisa menghadapi game," tuturnya.

Seperti diketahui, Siami dan keluarganya harus meninggalkan rumahnya untuk mengungsi demi menghindari kemarahan warga. Warga menuding Siami tidak punya hati karena akibat kejujurannya mengungkap mencontek massal, kepala sekolah dan dua guru SDN Gadel II/577 Tandes diberi sanksi.

Sedangkan kasus yang terjadi di SDN 06 Petang, Pesanggrahan, Jakarta Selatan, dilaporkan Irma Lubis ke Komisi Nasional Perlindungan Anak. Menurut pengakuan anak Irma, menjelang UN 2011 siswa diminta membuat kesepakatan di mana anak yang pintar harus membantu murid yang kurang pintar.

Menurut Arif Rahman, pengamat pendidikan, kasus ini membuktikan bahwa sistem pendidikan yang ada kini belum sempurna.
Menurut dia tak hanya di Ujian Nasional (UN) perilaku menyontek juga sudah lazim terjadi pada ujian atau ulangan lainnya di sekolah.

“Sistem pendidikan memang tidak sempurna, bukan Ujian Nasional saja kan nyontek, ujian biasa juga,” sebutnya. Secara tidak langsung ada pengaruh dari guru dan pihak-pihak lain yang menyebabkan budaya menyontek subur. Karena itu, perlu tindakan tegas sebagai solusi permasalahan ini.

Baca Selengkapnya … Tentang Mencontek Massal

Senin, 13 Juni 2011

Guru Ngeblog, Mengapa tidak?

Blog bagi seorang guru bisa menjadi suatu kebutuhan, karena blog bisa merupakan media meningkatkan kualitas diri seorang pendidik. Seorang guru adalah agen pembelajar yang harus memiliki empat jenis kompetensi: pedagogik, kepribadian, sosial, dan profesional.

Banyak bertebaran blog guru di dunia maya ini. Dan kian hari kian bertambah banyak dengan tampilan yang sangat beragam, dari yang hanya sekedar memanfaatkan templete dan tema bawaan blogspot dan wordpress sampai kepada yang bersifat advance. Dimana memerlukan keahlian tertentu dalam mengolah data html yang memang disediakan baik di blogspot maupun wordpress. Kini juga hadir blogdetik tweeter dan bahkan facebook pun juga hadir dengan fitur miniblognya yang memanjakan penggunanya. Sehingga jika anda yang berprofesi sebagai guru dan kebetulan memiliki hobby menulis blog adalah sarana yang sangat tepat dalam menuangkan sekaligus mempublikasikan ide.

Saat ini tak kurang dari 500.000 blog yang dibuat orang Indonesia dan membentuk 34 komunitas. Cobalah untuk searching kata "blog guru" di Google, maka akan keluar beberapa pengumpul blog guru, seperti Blog Guru, Guru Indonesia, Indonesia Teacher Community, dan Aksi Guru. Mereka adalah Ki Hajar Dewantara di era web. Orang-orang yang mendidik para siswa melalui blog.
 
Ide dan idealisme adalah karakter guru yang sudah ada dan wajib ada pada diri seorang guru. Ide dan idealisme tersebut akan bermakna jika dituangkan dalam suatu media salah satunya adalah tulisan. Kenapa guru harus beride dan menuangkannya dalam tulisan ? Karna guru adalah sosok pencerdas bangsa, dimana salah satu indikator bangsa yang cerdas adalah mempunyai dan mampu menuangkan banyak ide yang kreatif . Cara yang paling sederhana adalah melalui sebuah tulisan. Tanpa tulisan dan kemampuan tulis-menulis yang baik maka sebuah bangsa belum dikatakan bangsa yang cerdas.

 Ide, idealisme dan kreatifitas adalah tonggak yang telah terpancang selama berabad-abad dalam kehidupan manusia di muka bumi ini. Tanpa ide maka mungkin anda sekarang tidak akan pernah merasakan nikmatnya menekan tombol pada keyboard komputer anda. Tanpa idealisme mungkin anda tidak akan pernah hidup tentram dan nyaman sehingga sempat berinternet ria. Tanpa kreatifitas mungkin saat ini anda tidak akan mengenal kata "google".

Mengenai waktu sudah barang tentu tidak akan pernah cukup dalam kesempatan waktu sehari dengan rentang 24 jam. Atas dasar tekad dan kemauan,  kecukupan  akan waktu akan berkorelasi dengan kesempatan diantara waktu. Di antara waktu yang super sibuk berikan jeda untuk memikirkan "sempat". Tinggal pertanyaannya "Kapan ?" Hanya anda yang tahu jawabannya.
Baca Selengkapnya … Guru Ngeblog, Mengapa tidak?

Sabtu, 11 Juni 2011

Menyimak dan Berbicara

Menyimak dan berbicara tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya. Ada pembicara maka ada yang menyimak, keduanya berinteraksi dan merupakan proses alami yang sengaja dibelajarkan melalui kegiatan pembelajaran di sekolah sehingga kegiatan bicara dan simak dalam kehidupan sehari-hari menjadi kegiatan yang menarik. Bukan hanya satu bicara dan yang lain mendengar.

Dengan program pembelajaran yang runtut dan teratur yang mengutamakan santun dalam proses kebebasan berpendapat maka bicara dan simk menjadi kegiatan yang ekspresif responsibility logis. Maksudnya adalah
  • Ekspresif maksudnya siswa dapat menyampaikan gagasan, ide kreatif, usul dan saran secara lisan maupun tulisan sehingga akan berdampak kepada daya imajinasi siswa.
  • Responsibility maksudnya adalah dalam berbicara mengedepankan prinsip menghargai pendapat orang lain, sopan dan bertanggung jawab terhadap isi pemikiran yang disampaikan.
  • Logis maksudnya adalah setiap penyampaian pendapat disertai alasan yang masuk akal sehingga sejak didni siswa dibelajarkan tentang logika yang saat ini sangat didewakan di negara maju, yang merupakan cikal bakal ilmu pengetahuan dan teknologi.
Kegiatan pembelajaran menyimak-berbicara dapat dilaksanakan sekaligus secara utuh bahkan dengan kegiatan menulis dan membaca sekalipun.  Dalam pembahasan ini seolah-olah kegiatan tersebut dilaksanakan terpecah dan terputus sejatinya dalam kehidupan sehari-hari tidak demikian. Materi kuliah dan bimbingan dari para ahli sering mengajarkan kepada kita cara menganalisa proses keterampilan berbahasa dan selanjutnya untuk membedakan satu dengan yang lainnya. Dan hal itu sebenarnya hanya berlaku di kalangan akademik dalam rangka mempelajari proses yang terjadi dalam kegiatan tersebut. Bukan dalam rangka membelajarkan hal tersebut kepada siswa. Akan tetapi prosesnya kita sering disuguhi suatu materi ajar yang sering mengkotak-kotakkan antara kegiatan membaca, menulis, menyimak dan berbicara.

Bagi guru hal tersebut memang agak gampang sehingga tolak ukur yang dijadikan acuan dalam mengukur tingkat keberhasilan siswa menjadi lrbiih mudah. Tetapi kelak hasil yang didapat ketika siswa tamat sama sekali berbeda dengan konteks di lapangan. Bayangkan siswa kita sejak dini diajarkan begitu mendalam tentang makna awalan ber , sampai mereka hafal. Tetapi apakah di masyarakat mereka akan ditanya apakah itu awalan ber ?
           
Garis kritis yang dapt dijadikan acuan dalam menelaah masalah ini adalah antara belajar bahasa untuk menjadi ahli bahasa dengan belajar bahasa untuk menjadi penutur bahasa. Atau singkatnya belajar bahasa untuk tahu bahasa atau dapat berbahasa ?  Penulis berpendapat melalaui pembelajaran menyimak-berbicara atau bahkan dengan menulis dan membaca sekaligus secara terintegrasi maka akan membawa pembelajaran bahasa secara utuh (Whole Language). Bukan hanya di Indonesia di Amerika dalam pembelajaran bahasa mereka telah pernah terjadi perdebatan yang memperdebatkan antara belajar bagian demi bagian dengan belajar bahasa secara keseluruhan.
           
Hingga saat ini yang mendapat pendukung lebih banyak adalah pembelajaran bahasa secara whole language adalah lebih baik ketimbang bagian demi bagian. Whole language sejatinya adalah pola pembelajaran bahasa yang alami yang pernah dialami oleh manusia sejak lahir yaitu ketika kita menerima kata demi kata dari orang tua kita.  Apalagi jika dikaitkan denga pembelajaran bahasa di kelas awal SD adalah hal yang sangat tidak bijak jika kita mengajari supaya siswa tahu bahasa ketimbang agar siswa dapat berbahasa.

Sumber
Baca Selengkapnya … Menyimak dan Berbicara

Jumat, 10 Juni 2011

Cara Mengatasai Banyaknya Hafalan pada Mata Pelajaran IPS

Ilmu Pengetahuan Sosial adalah mata pelajaran yang wajib dibelajarkan pada setiap jenjang pendidikan. Konsentrasi tingkat kerumitan disesuaikan dengan jenjang pendidikan yang ada. Keluhan guru pada jenjang pendidikan sekolah dasar terutama pada pembelajaran materi yang memiliki banyak hafalan. Seperti menghafal tahun suatu peristiwa bersejarah, menghafal nama tempat-tempat penting, menghafal nama tokoh-tokoh penting dan menghafal lokasi suatu tempat di peta. Apakah hal-hal tersebut untuk mengingatnya harus dengan cara menghafal ?

Sesungguhnya guru dalam membelajarkan siswa dalam berbagai jenjang dapat menghindari hal yang bersifat menghafal. Guru sekolah dasar dalam kegiatan pembelajaran sedapat mungkin mengkemas pola pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran yang beragam dan kreatif. Media pembelajaran yang kreatif yang dilengkapi dengan sentuhan metode dan tehnik pembelajaran yang inovatif akan dapat membawa siswa keluar dari permasalahan banyaknya hafalan pada jenjang pendidikan sekolah dasar.

Menghafal Dengan Tidak Menghafal

Beberapa siswa mungkin akan senang dengan menghafal. Tetapi tidak demikian halnya dengan siswa yang lain. Kadang-kadang siswa akan mengucapkan istilah, nama, tempat, waktu dan peristiwa secara berulang-ualng supaya hafal. Akan tetapi menghafal adalah pembelajaran yang miskin pemaknaan. Dengan menghafal siswa akan ingat suatu hal akan tetapi tidak mengerti dengan hal tersebut. Menghafal dengan cara demikian akan mudah dilupakan. 

Guru dapat mulai membelajarkan IPS dengan fakta, konsep dan generalisasi yang disajikan dengan utuh tidak sepotong potong. Sesudah mereka menyimak suatu uraian peristiwa atau deskripsi suatu benda secara lengkap selanjutnya kita mulai menyasar pada hal pokok yang kita ajarkan melalui kegitan alternatif berikut :
  1. Untuk menghafal nama tempat, waktu dan tokoh yang terdapat dalam suatu peristiwa dalam pembelajaran sejarah, kita harus menceritakan suatu kejadian secara lengkap tentang suatu peristiwa. Kemudia kita menugaskan siswa untuk mendengarkan, menyimak secara lengkap kemudian menuliskannya kembali sehingga menjadi suatu ringkasan. Di saat yang lain kita dapat bertanya jawab tentang peristiwa tersebut dengan pertanyaan yang menekankan pada peristiwa bukan pada waktu, tempat maupun tokoh. Demikian juga saat memberikan evaluasi hendaknya kita memperhatikan soal yang menekankan pada peristiwa bukan kepada waktu, tempat dan tokoh. Contoh pertanyaannya ,” Apakah yang terjadi pada tanggal 17 Agustus 1945 di Jakarta ? Raja Jaya Katwang adalah Raja Kediri yang berhasil mengusir utusan tentara Monggolia dengan cara.... 
  2. Untuk menghafal nama tempat, tahun, tokoh dan peristiwanya dapat digabungkan membelajarkan siswa dengan peta buta. Dimana Siswa ditugaskan menuliskan pada fotokopi peta buta tentang nama tokoh, tempat, tahun dan peristiwa dengan sedikit tulisan. Yang selanjutnya disertai dengan tanya jawab yang mengetengahkan uraian pertanyaan yang menekankan pada peristiwa.
  3. Cara lain yang lebih populer adalah dengan membuat peta konsep, silsilah dan urutan waktu suatu peristiwa.
  4. Demikian juga siswa dapat ditugaskan menggambar peta pada buku gambar yang berisi nama kota dan daerah yang hendak dihafalkan.
  5. Apabila tersedia kita dapat memutarkan vidio dokumenter tentang suatu peristiwa sebagai media yang lengkap menyajikan suara narator dan gambar objyek bergerak yang bernuansa tematik.
  6. Mendemonstrasikan suatu peristiwa secara sederhana dimana siswa sendiri sebagai pemerannya.    

Beberapa tehnik tersebut akan membawa dampak pembelajaran yang bermakna sehingga siswa akan terbawa secara emosional untuk larut dalam suasana peristiwa yang terjadi. Sehingga walaupun tidak disuruh mengingat siswa akan dengan sendirinya ingat. Dengan catatan faktor kecerdasan kelas yang dibelajarkan adalah berkatagori kurve normal. Artinya tidak terdapat siswa yang memiliki keterbelakangan ekstrim atau jauh di bawah rata-rata temannya yang lain.

Kesimpulan

Pembelajaran IPS sering dipandang sulit bagi yang masih mengandalkan tehnik pembelajaran menghafal konvensional. Menghafal kadang kadang tidak disenangi oleh beberapa siswa. Sebenarnya dalam pembelajaran IPS siswa tidak perlu menghafal tempat, nama, waktu dan peristiwa.
Pembelajaran dengan cara menghafal yang membosankan beberapa siswa dapat disiasati dengan tehnik pembelajaran bermakna. Dimana beberapa tehnik sesungguhnya telah banyak dilakukan oleh guru seperti penugasan menceritakan suatu peristiwa, menggambar peta suatu peristiwa, menulis urutan kejadian, menulis peta konsep , menonton dan mendemonstrasikan suatu peristiwa.
Tehnik demikian akan mengakibatkan keterlibatan siswa yang sangat besar dimana interaksi dengan media, suasana dan siswa lain. Daya ingat siswa yang terbatas akan semakin kecil dengan hanya dijejali dengan hafalan yang tidak bermakna. Akan tetapi memori mereka akan berkembang seiring berkembangnya daya imajinasi yang berakibat daya ingat yang kuat tentang suatu hal. Dengan demikian pembelajaran IPS terpadu bukan merupakan hal yang sulit akan tetapi sebaliknya adalah sesuatu yang menyenangkan.

Sumber
Baca Selengkapnya … Cara Mengatasai Banyaknya Hafalan pada Mata Pelajaran IPS

Kamis, 09 Juni 2011

Peran Orangtua dan Guru dalam Menyikapi Perkembangan TIK

Dunia TIK (teknologi informasi dan komunikasi) semakin hari semakin canggih. Kemajuan teknologi kini sudah lebih mudah dinikmati bukan saja oleh orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Contohnya, adanya teknologi ponsel yang semakin lengkap fiturnya membuat setiap penggunanya lebih mudah dalam mendapatkan informasi apapun dan di manapun.

Kami sebagai salah satu orangtua murid Salman Al Farisi sangat berterima kasih dan mendukung adanya peraturan bahwa murid tidak dibolehkan membawa ponsel ke sekolah, terlebih SAF ini adalah sekolah full day. Ponsel saat ini telah mewakili fungsi pemutar video, penampil gambar, buku elektronik, dan berbagai fungsi hiburan lain. Terlebih lagi, ponsel dapat mengakses Internet secara bebas dapat memberikan peluang kepada murid untuk mengakses situs-situs web yang dapat merusak moral dan masa depan anak-anak.

Kami sangat mengapresiasi upaya sekolah dalam meningkatkan kualitas, salah satunya dengan mengenalkan, dan mengajarkan hal-hal yang berhubungan dengan perkembangan teknologi, yang bukan hanya kepada muridnya saja, tetapi juga kepada seluruh guru. Hal ini telah memperkuat kompetensi para guru atas penguasaan teknologi (sebagai pengganti peran orangtua di sekolah) relatif terhadap kompetensi para muridnya. Kemampuan dalam bidang teknologi ini tidak hanya bermanfaat dalam membimbing murid supaya tidak menjadi ‘korban’ teknologi, tetapi juga dapat bermanfaat dalam melaksanakan proses belajar mengajar di sekolah. Dengan teknologi, semua pihak (guru dan siswa) akan lebih mudah dalam melaksanakan program mengajar dan mengajar. Contoh, dengan teknologi guru-guru dapat menerangkan kepada murid dengan laptop menggunakan video proyektor, teknologi blended-learning, virtual lab, dan aplikasi multimedia lainnya yang menarik sehingga dapat menambah efektivitas penyerapan ilmu, dan meningkatkan semangat murid untuk belajar.

Mari kita mulai untuk mendukung agar semua guru dapat mengenal dan menggunakan teknologi dengan baik, karena semua guru memiliki peran yang sama yaitu membimbing, mengarahkan, dan mengajarkan murid supaya menjadi lebih baik dari guru maupun orangtuanya. Dengan demikian, pengasuhan, pengajaran, dan pendampingan murid, di rumah maupun di sekolah atau oleh para orangtua maupun oleh para guru yang terlibat diharapkan bersinergi dan saling menguatkan.

Sumber
Baca Selengkapnya … Peran Orangtua dan Guru dalam Menyikapi Perkembangan TIK

Rabu, 08 Juni 2011

Selamat Datang di Blog SD Negeri 167645 Tebing Tinggi

Puji syukur kehadirat Allah SWT, akhirnya blog SD Negeri 167645 Tebing Tinggi ini mulai online dan siap menjadi tempat untuk memaparkan seluruh data dan kegiatan belajar mengajar yang terkait didalam SD Negeri 167645 Tebing Tinggi.

Melalui media blog ini, proses penyebaran informasi dari sekolah kepada siswa maupun kepada Wali Murid akan semakin mudah, seperti : mengetahui informasi, pengumuman, kegiatan siswa, informasi penerimaan siswa baru, jadwal ujian, jadwal pelajaran, berita Prestasi siswa, artikel-artikel, foto-foto kegiatan siswa bahkan akan disediakan link download untuk membantu siswa dalam proses belajar.

Segala saran maupun kritik yang bersifat membangun dapat disalurkan melalui “Buku Tamu” yang telah disediakan di blog ini, juga dapat melalui email jika ada pertanyaan atau informasi-informasi yang diperlukan dari pihak sekolah.

Alamat blog : http://sdn167645.blogspot.com/
Email : sdnegeri167645@gmail.com


Terima kasih atas kunjungan anda.

Admin.


Baca Selengkapnya … Selamat Datang di Blog SD Negeri 167645 Tebing Tinggi
 

©2011 SDN 167645 Tebing Tinggi | Hak Cipta Milik Allah SWT | Blogger